GYA! Tania balik lagiii~
Moshi-moshi minna-san~ Anneyong~
Well, masih mau nerusin fanfic kemarin yang nemu di www.fanfcition.net. So, ini karya pasti BUKAN MILIK TANIA. Mau ingetin ajah, kalau mau copas ini fanfic sertain CREDITNYA yah~ Itu diharapkan untuk menghormati serta menghargai sang pencipta. =)
Dari pada banyak cincong, langsung ajah yah!! 5, 4, 3, 2, 1 and ACTION!! =D
Title : My Name is Taeminho
Genre : Drama/Romance
Author : Ridan-chan
Publish : 20 April 2011
Rated : T
Cast : All member SHINee and someone~
Language : Indonesian
Credit : http://www.fanfiction.net/s/6921742/1/My_Name_is_Taeminho
Author Disclaimer :
Cherry: waaa akhirnya ada yg review juga hehe *loncatloncatbahagia* gomawo udah baca chingu ^^ iya maksudnya bodoh hehe... silakan chingu...bebas kok :)
Meyghaa: iya maksudnya itu ^^ authornya sotau ya kkk makasih udah ngingetin ya... oke chingu nanti author mampir2 kesana :D
okee deh ini dia chapter terakhir dari author... enjoy reading!
My Name is Taeminho - Chapter2
Tabrakan tidak bisa terhindarkan. Mobil Minho menabrak mulut mobil lain yang melaju dari arah kanan. Mobil yang ditabrak Minho terlihat melintang di tengah jalan karena tabrakan keras membuatnya terputar hingga 30 derajat. Dari kepala Minho mengalir darah, kepalanya berbenturan dengan setir mobilnya.
~Minho's POV~
Aargh... kepalaku sakit sekali, pandanganku pun kabur, tidak jelas. Aku mencoba melihat bagaimana keadaan mobil yang kutabrak. Gelap sekali, aku hanya bisa melihat samar-samar. DEG! Limosin putih... aku melihat plat nomornya, K 3 Y... Key!
Apa yang kulakukan, aku baru saja menabrak dengan keras mobil sahabatku. Aku mencoba keluar dari dalam mobil. Tapi sulit sekali, mungkin akibat tabrakan tadi tanganku terasa sangat lemah untuk membuka pintu mobil.
Perlahan-lahan aku melihat seseorang keluar dari kursi kemudi Limosin itu, itu Key. Syukurlah sepertinya dia tidak terlalu parah. Key terlihat berjalan terhuyung-huyung menuju pintu mobil yang satunya. Dia membukanya dan mencoba mengeluarkan seseorang dari dalam situ. Key terlihat berteriak minta tolong karena ternyata dia kesulitan mengeluarkan seseorang itu.
Orang-orang mulai berdatangan membantunya, sebagian lagi menghampiri mobilku dan mencoba mengeluarkanku dari dalam mobil, aku masih setengah sadar. Aku lega karena ternyata kelihatannya Key tidak terluka parah. Aku melihat siapa orang yang tadi berusaha dikeluarkan Key dari dalam mobil.
Jantungku berdebar seribu kali lebih cepat, kepalaku terasa lebih sakit dari semula. Rasanya aku ingin berteriak sekeras-kerasnya. Aku baru saja menabrak Taemin. Dan keadaan Taemin terlihat lumayan parah. Kini tidak ada yang bisa aku lakukan untuk menolongnya, bahkan untuk berlari membantu Key saja aku tidak bisa. Tuhan... tolong lakukan apa saja agar dalam keadaan seperti ini aku tetap bisa menjaga Taemin, aku sudah berjanji. Ini janjiku seumur hidup, tolong kabulkan doaku...
~Taemin's POV~
-seminggu kemudian-
Dimana aku? Di rumah sakitkah? Kepalaku terasa masih pusing. Tapi selebihnya aku merasa baik-baik saja. Kecelakaan kemarin malam benar-benar lumayan parah. Setelah sepenuhnya sadar aku baru yakin bahwa aku sedang ada di rumah sakit.
"Wah syukurlah kau sudah sadar rupanya." Suara yang sangat aku kenal menghampiriku, dia Onew hyung. Aku hanya tersenyum. Onew hyung terlihat membawa keresek berisi buah-buahan, dia lalu meletakkannya di meja sebelah tempat tidurku. Setelah itu dia duduk di kursi di sebelahku. "Bagaimana perasaanmu? Kau sudah seminggu tidak sadarkan diri."
Apa? Seminggu? Selama itukah. Tapi kecelakaan itu seperti baru saja terjadi kemarin malam. Aku tidak menjawab pertanyaan Onew hyung karena masih terlalu kaget. Onew hyung kemudian melanjutkan, raut wajahnya berubah murung, "Sayang dongsaeng kita masih kritis Min."
"Dongsaeng?" DEG! Apakah kecelakaan mobil bisa menyebabkan perubahan suara? Kenapa suaraku berubah seperti ini? Suara bass ini lebih terdengar seperti suara Minho hyung. Mungkin hanya perasaanku saja.
"Menurut keterangan Key malam itu mobil kalian bertabrakan. Taemin, dia masih kritis, kondisinya terus memburuk dalam seminggu terakhir ini. Dokter tidak bisa berbuat banyak. Aku benar-benar frustasi dengan kondisi ini, appa dan eomma berencana akan membawa Taemin ke rumah sakit di Jepang..."
Apa? Apa ini? Mengapa Onew hyung membicarakan aku yang sedang kritis, jelas-jelas aku sedang ada di hadapannya. Sementara Onew hyung terus berbicara, aku sudah tidak bisa mendengar dengan jelas lagi apa yang dia bicarakan. Aku terlalu pusing, mungkin ini hanya mimpi. Apa yang aku dengar ini pasti hanya mimpi dalam pingsanku. Aku memilih untuk memejamkan mata dan berharap besok pagi aku bangun dengan kondisi yang tidak membingungkan seperti ini.
-3 jam kemudian-
Aku membuka mataku, perlahan-lahan aku bangun dan duduk bersandar di bantal. Di depanku berdiri seorang namja dengan rambut berponi lurus, dia Key hyung. Dia tersenyum padaku, dia menghampiriku dan memelukku.
"Onew hyung bilang tadi kau sudah bangun tapi pingsan lagi. Syukurlah sekarang kau sudah bangun lagi." Key hyung terlihat mengusap matanya yang sedikit basah. Dia terlihat baik-baik saja, padahal dia juga korban kecelakaan malam itu, syukurlah hyung. Aku hanya tersenyum kemudian berkata,
"Syukurlah hyung tidak terluka parah...eh?" suaraku, ini bukan suaraku. Apa ini masih mimpi? Key hyung mengernyitkan alisnya.
"Hyung? Kau ini, aku hanya lebih tua beberapa bulan dari kau. Jangan memanggilku hyung, Minho-ah~"
Aku tidak sanggup lagi menerima keanehan ini, aku segera bangkit dari tempat tidur dan ingin memastikan apakah ini mimpi atau bukan. Eh? Sejak kapan jarak kepalaku dengan lantai menjadi sejauh ini. Semua yang ada di sekelilingku terlihat rendah, bahkan Key hyung juga terlihat jauh lebih pendek daripada biasanya.
Aku berlari keluar kamar. Aku mendapati banyak orang di luar sini. Ya benar, ini rumah sakit. Dan ini terlihat seperti nyata, bukan mimpi. Di belakangku Key hyung menyusulku, "Minho kau mau kemana?"
Apa-apaan sih Key hyung, aku ini Taemin bukan Minho. Aku tidak memerdulikan panggilan Key hyung. Aku melihat Onew hyung dan appa sedang duduk di kursi panjang di depan kamar bernomor 320. Aku memanggil mereka, "Hyung, Appa!"
Mereka menoleh ke arahku. Appa berlari ke arahku dan memelukku, sejak kapan appa menjadi pendek. Dan tadi juga suaraku masih terdengar aneh. Mata appa terlihat sembab, dia berkata, "Syukurlah kau sudah sehat, maafkan appa, appa tidak ada di saat kau siuman."
Onew hyung menghampiriku dan memelukku, Onew hyung juga terlihat lebih pendek dari biasanya. "Kondisi Taemin terus memburuk." Aku langsung melepas pelukan Onew hyung. Tanpa suruhan siapapun aku langsung memasuki kamar 320.
Firasatku mengatakan ada sesuatu di dalam kamar itu.Aku melihat eomma, sedang duduk di sebelah seseorang yang terbaring dengan banyak alat-alat medis terpasang di tubuhnya. Dia terlihat seperti aku. Aku melihat diriku sedang terbaring tidak sadarkan diri di atas tempat tidur.
Lalu siapa aku? Untuk pertama kalinya seumur hidup, aku merasa sangat ingin sekali melihat wajahku. Mana, dimana cermin? Aku berlari menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar itu. Dan ketika aku masuk ke kamar mandi aku melihat sosok Minho hyung di depanku, di dalam cermin.
Aku memegang wajahku, Minho hyung ikut memegang wajahnya. Aku mengacak-acak rambutku, Minho hyung juga mengacak-acak rambutnya. Aku mencubit pipiku, sakit. Ini bukan mimpi. Tubuhku langsung lemas. Kini aku tahu mengapa semua terasa aneh saat aku bangun. Tubuhku tertukar dengan Minho hyung.
Aku keluar dari kamar mandi. Aku melihat tubuhku terbaring di sana. Dan aku menebak seseorang yang ada di dalam tubuh itu adalah Minho hyung. Apa Minho hyung akan sama kagetnya denganku? Apa Minho hyung bisa menerima ini? Bagaimana agar kami bisa kembali seperti semula?
Eomma menyadari kehadiranku. Matanya bengkak dan merah, sepertinya dia sudah terlalu lama menangis. Aku menghampiri eomma dan memeluknya. "Eomma, aku kangen eomma."
Eomma membalas pelukanku dengan erat. Dia tersenyum dan memegang wajahku, "Anak Eomma sudah sehat." Kemudian menangis dan memelukku lagi. Setelah itu eomma mendekati Minho hyung. Aku mengikutinya.
Tiba-tiba mata Minho hyung terbuka. Wajahnya terlihat segar. Monitor yang menunjukkan detak jantungnya pun memperlihatkan keadaan normal. Minho hyung langsung duduk bersandar di bantalnya. Seakan-akan dia baru saja terbangun dari tidur siangnya.
Eomma terlihat sangat kaget namun juga terlihat senang. Eomma langsung memeluk Minho hyung erat. Sementara aku memberi tahu yang lain bahwa 'Taemin' sudah siuman. Mereka memasuki kamar tergesa-gesa. Appa terlihat setengah tidak percaya, ia lalu memanggil dokter untuk menanyakan apa yang terjadi pada 'Taemin'.
"Ini sebuah keajaiban, mungkin Tuhan telah mengabulkan doa kalian semua. Syukuri saja apa yang terjadi ini. Saya turut senang atas kesembuhan putra bapak dan ibu." Dokter Jonghyun, dokter pribadi keluarga kami berkata sambil tersenyum seusai memeriksa badan 'Taemin'.
Akhirnya atas rekomendasi dokter Jonghyun. Aku dan Minho hyung diizinkan pulang. Tapi aneh sekali Minho hyung tidak mengatakan ada keanehan pada dirinya. Padahal semenjak dia siuman, semua orang memanggilnya dengan nama 'Taemin'. Dia seperti benar-benar 'Taemin'.
Apa aku ini memang benar-benar Minho, tapi aku terkena amnesia gara-gara kecelakaan itu? Ah masa sih, sepertinya tidak mungkin.
Malam itu pukul 7:00 kami sampai di rumah. Sepertinya sudah lama sekali keluarga kami tidak berkumpul seperti ini. Ada eomma, appa dan Onew hyung. Biasanya hanya ada aku dan Minho hyung. Tapi sekarang semuanya ada di sini. Senang sekali rasanya.
"Hyung, bisa ke sini sebentar?" 'Taemin' memanggilku ke kamarnya. Ini benar-benar terasa aneh, bayangkan saja dirimu dipanggil oleh dirimu sendiri.
"Ada apa hyung? Eh..." aku keceplosan memanggilnya hyung. 'Taemin' langsung menoleh ke arah ku, dia tersenyum. Dia berjalan mendekatiku dan menyuruhku duduk di kursi. Aku menurutinya. Dia lalu duduk di hadapanku.
"Ada yang ingin aku bicarakan padamu, waktuku tidak banyak..." 'Taemin' mengatakan itu dengan mimik wajah serius. Nah kalau yang ini mirip sekali dengan gaya Minho hyung. Seorang Taemin tidak pernah mengatakan sesuatu secara serius begini. 'Taemin' kemudian melanjutkan kalimatnya, "Aku... adalah hyungmu."
Bingo! Benarkan, tubuh kami tertukar. Aku tidak bisa berkata apa-apa. Ini semua sangat tidak masuk akal. Minho hyung lalu menceritakan awal mula kejadian kecelakaan itu, dia juga menceritakan permohonannya pada Tuhan. Segera aku memeluk Minho hyung, air mataku tidak bisa kutahan lagi.
Tapi kemudian Minho hyung berkata, "Taemin, jangan sering-sering menangis menggunakan tubuhku ya. Jadilah diriku yang kuat. Mulai hari ini dan seterusnya kau tidak akan lagi merasakan penyakit yang ada di dalam 'tubuhmu' ini. Karena sekarang kita bertukar tempat. Tuhan mengizinkan aku melindungimu. Mungkin hanya dengan cara ini aku bisa menyelamatkanmu dari kecelakaan itu."
Minho hyung lalu mengusap air mataku. Tangannya terlihat pucat, terasa sangat dingin dan kaku.
"Lalu bagaimana dengan hyung? Hyung akan menggunakan tubuhku yang rapuh dan lemah untuk menjalani hidup ini? Aku tidak mau hyung menjadi susah karena menggunakan tubuhku itu." Aku mencoba berbicara dengan jelas di sela isakan tangisku.
"Mianhaeyo dongsaeng... hyung tidak akan berlama-lama berada di tubuhmu ini. Hyung tidak bisa memaksakan tubuhmu terus bekerja sementara mereka sudah tidak mampu menampung jiwa hyung."
"Maksud hyung apa? Apa hyung akan..." aku tidak sanggup melanjutkan kata-kataku. Aku tidak mau mengatakan kata 'itu'. Terlalu menyakitkan dan aku harap bukan itu yang dimaksud Minho hyung.
"Tidak lama lagi kita akan berbeda dunia." Minho hyung tersenyum. Sayangnya aku tidak bisa melihat senyuman wajahnya, aku melihat senyuman wajahku sendiri. Dan kata 'berbeda dunia' itu benar-benar bukan kata yang aku harapkan keluar dari mulut Minho hyung.
"Jangan sedih begitu, suatu saat jika waktunya sudah tiba kita akan bersama-sama lagi." lanjutnya ketika melihat aku kembali menangis.
Minho hyung berjalan menuju cermin sambil menarikku. Dia menunjuk aku melalui cermin, "Lihat, aku terlihat jelek sekali. Minho tidak pernah menangis seperti itu. Kau jangan membuat aku malu dengan tangisanmu." Ujarnya sambil tertawa. Di saat seperti ini dia masih bisa tertawa.
"Ohya, kau harus sering melatih tubuhku olah raga ya. Tubuhmu ini sepertinya kurang olah raga makanya kau suka sakit-sakitan. Hahaha..." setelah mengatakan itu Minho hyung berjalan menuju tempat tidur dengan langkah lemah.
Dia berkata, "Aku lelah Taemin, sepertinya 'saat itu' tidak lama lagi." Aku menatapnya cemas, aku belum siap kehilangannya. "Sebelumnya, berjanjilah jangan sampai ada yang tahu tentang rahasia kita ini. Oh iya satu lagi, aku... ingin mengaku sesuatu padamu, tapi kau jangan marah ya Taemin."
Di saat begini mana bisa aku marah pada hyung, aku hanya mengangguk, terlalu sulit mengeluarkan kata-kata karena banyak lendir di hidungku akibat menangis tadi.
"Hye Sun, umm... dia... aku menyukai Hye Sun. Ng... kau tidak marah kan Taemin?" aku sedikit kaget mendengar pengakuannya. Tapi aku hanya diam, aku pikir Minho hyung ingin mengaku apa. Kemudian aku menggeleng kepala, "Tentu tidak hyung, aku justu merasa bersalah. Kenapa hyung tidak menceritakannya dari dulu?"
Minho hyung terdiam sebentar, "Aku hanya tidak ingin merusak kebahagiaanmu." Jawabannya memaksaku untuk menahan air mata lagi. Mengapa kau baik sekali hyung...
"Bagaimana aku membalas semua pengorbananmu hyung?" tanpa sadar kalimat itu keluar dari mulutku. Minho hyung tertegun sebentar, lau dia berkata, "Manfaatkan sebaik-baiknya apa yang telah aku korbankan. Selain itu, karena Hye Sun cinta pertamaku, maukah kau berjanji untuk menjaganya?" tanpa ragu aku mengangguk. Jika hanya itu, aku sanggup melakukannya, hyung.
"Baguslah, sekarang aku bisa tidur dengan tenang. Sampai jumpa ya dongsaeng." Aku mengangguk lemah. Sebelum menarik selimutnya, Minho hyung memelukku untuk terakhir kalinya. Kemudian setelah itu dia tertidur...
Pagi kelabu menyelimuti rumah kami. Dokter Jonghyun menyatakan bahwa 'Taemin' sudah tiada.
Eomma tidak henti-hentinya menangis. "Anak eomma jangan pergi... Taemin-ee... jangan tinggalkan eomma." Sementara appa terlihat tegar, appa menyambut kedatangan saudara-saudara kami yang datang melayat, meski tatapannya terlihat kosong ketika berbicara dengan mereka.
Sementara Onew hyung lebih memilih diam di pojok ruangan sambil sesekali mengusap matanya. Aku juga melihat Hye Sun di tengah kerumunan para pelayat, dia mengenakan pakaian serba hitam dikelilingi oleh teman-temannya yang kelihatannya sedang menenangkannya. "Hye Sun, aku masih di sini." Panggilku dalam hati.
Aku benar-benar miris melihat semua kejadian ini. Orang-orang menangis dan berdoa untukku. Kalian salah, Taemin masih hidup, yang meninggal adalah Minho hyung. Kalian harusnya berdoa untuk Minho hyung. Sepertinya aku satu-satunya orang di dunia ini yang berdoa untuknya, karena tidak ada yang tau sebenarnya tubuh kami tertukar. Saat ini meskipun kata 'sedih' tidak cukup untuk menggambarkan kesedihanku, sulit bagiku untuk menangis. Sepertinya air mataku sudah kering. Tiba-tiba ada yang menepuk pundakku dari belakang. Ternyata Key hyung,
"Minho aku tahu ini pasti berat sekali untukmu. Sedih memang kehilangan orang yang sangat kita sayang." Key hyung kemudian tertawa getir, aku melihat matanya juga bengkak karena menangis. Entah aku harus senang atau bagaimana, karena ternyata banyak sekali yang sayang padaku sehingga mereka menangisi 'kepergianku'.
-setahun kemudian-
Tidak terasa sudah setahun sejak hari penuh air mata itu. Kini aku kuliah di Seoul University dan mengambil jurusan Olahraga, bidang pelajaran yang sangat disukai hyung. Selama setahun aku belajar menyatu di dalam tubuh baruku ini.
Meski tidak mudah, tapi aku tidak ingin mengecewakan Minho hyung di surga sana. Selain itu kini aku mencoba mendekati Hye Sun. Entah mengapa itu tidak terlalu sulit, meski secara fisik Hye Sun pasti tidak akan mengenali bahwa aku adalah kekasihnya yang dia kira sudah meninggal, tapi ikatan batin ini sangat kuat. Cinta di antara kami tidak bisa terhalang meski tubuh Minho hyung lah yang mengungkapkan perasaan ini.
Ada perasaan bahagia dan juga sedih karena aku dan Hye Sun 'kembali' bersama. Bahagia karena aku memang sangat mencintai Hye Sun, selain itu, ini adalah janjiku pada Minho hyung untuk menjaganya, dengan cara ini aku akan melindunginya.
Tapi sedih juga menghinggapi perasaanku, sayang sekali Minho hyung tidak bisa merasakan kasih sayang yang diberikan Hye Sun. Tubuh hyung merasakannya tapi jiwa hyung belum pernah mendapatkan itu. Aku mengusap air mata yang sedikit keluar dari pelupuk mataku.
"Oppa~" suara lembut seseorang memanggilku. Wajahnya ceria, tidak seperti setahun yang lalu. Dia berlari kecil ke arahku, tas sekolahnya terguncang-guncang karena larinya. "Kita jadikan ziarah ke makam Taemin?" yeoja itu lalu menggandengku menuju mobil. Aku mengangguk dan membukakan pintu mobil untuknya.
Sepanjang jalan menuju lokasi pemakaman kami hanyut dalam candaan. Obrolan penuh tawa terus mengalir dari mulut kami berdua, menyenangkan sekali. Hingga tidak terasa kami sampai di makam 'Taemin'.
Hye Sun menaburkan bunga di atas makam 'Taemin' yang tadi kami beli sebelum memasuki pemakaman. Kemudian dia berdoa dengan khusyuk, aku pun ikut berdoa. Aku yakin saat ini hyung sedang melihat kami dari atas sana.
Seandainya waktu itu hyung tidak memanjatkan doa itu, mungkin akulah yang sekarang melihat hyung dan Hye Sun sedang mengunjungiku di makam ini. Jeongmal kamsahamnida hyung...
Epilog
Author/sutradara: CUT! Akhirnya selesai film kita! Gila lo semua aktingnya ngga kalah deh sama pemenang piala Oscar!
Minho: fiuh akhirnya selesai juga. Gue capek akting mewek mulu nih (secara yang jadi Taemin di akhir2 itu Minho jadi yang paling banyak akting nangis adalah Minho kkk)
Taemin: thor, pasti si Minho bayarannya gede ya? Dia mendominasi semua peran member SHINee
Minho: Magnae kurang ajar, sopan dong kalo ngomong sama hyungnya. Gue tampol juga lo *nyiapin sendal jepit*
Taemin: *ngambil langkah seribu*
Jonghyun: iyaa masa gue perannya dikit banget thor? Gue salah apa sih sama lo thor? Sedih gue diginiin sama lo
Onew: gue juga! Gue protes ah thor
Key: aduh para hyung jangan banyak protes dong. Ini kesempatan yang muda-muda untuk berkarya
Jonghyun: maksud lo, gue sama Onew hyung udah tua, gitu?
Key: gue ngga bilang gitu hyung, hyung aja yang sensi yey
Hye Sun: thor, gue udah boleh pulang? Warung cendol gue lagi laku nih thor, emak nyuruh gue cepet2 balik
Minho n Taemin: Hye Sun tunggu!
Minho: eeh apaan sih anak kecil ikut-ikutan aja
Taemin: hyung yang ikut-ikutan gue
Hye Sun: ada apa ya?
Taemin: gue suka sama lo semenjak pertama kali kita ketemu di ruang make up, lo mau ngga jadi pacar gue?
Minho: *kaget tingkat dewa* wah ngga bisa Min, gue yang pertama kali ketemu sama dia waktu casting, lo jangan ngerebut lahan orang dong
Taemin: kan hyung udah janji bakal ngelindungin gue, ngelakuin apa aja buat gue, itu janji hyung seumur hidup kan
Minho: filmnya udah selesai coy... Pokoknya kali ini gue yang harus jadian sama Hye Sun. Lo mau kan Sun?
Hye Sun: ?
Jonghyun, Onew, Key: *nampol Minho n Taemin pake sendal jepit* udah cabut sana lo pada, jangan mau eksis sendiri dong, kita juga mau dapet banyak dialog
Jonghyun: lho? Lo ikut nampol mereka Key? Envy juga lo ya?
Onew: iya Key, perasaan tadi lo ngebelain mereka
Key: gatau gue juga, authornya rada-rada nih, omongan gue kan tergantung author
Onew: author kita lagi labil kayanya
Jonghyun: bener hyung, setuju gue
Author: udah ya udah... author capek bikin dialog terus buat kalian. Sekarang bikin salam penutup aja buat para readers, nyok!
SHINee + author: Thank you very much for reading this FF! ANNYEONG! ^0^
~THE END~
gomawo yang udah mau baca*membukukkan badan 90derajat*
aneh banget ya fanficnya? iyaaa emang aneh banget T_T
RnR please! (From : Ridan-chan)
HWAA!! Gimana? Gimana?
SERU?? Hahaha.. Emang Ridan-chan seseorang yang hebat buat ini fanfic. Andai Tania kenal sama siapa itu 'Rdan-chan'. Pasti aku suruh buat fanfic yang keren!!
Well, thank udah baca. Ntar kalau ada komen aku langsung kasih komenannya ke Ridan-chan :D
Moshi-moshi minna-san~ Anneyong~
Well, masih mau nerusin fanfic kemarin yang nemu di www.fanfcition.net. So, ini karya pasti BUKAN MILIK TANIA. Mau ingetin ajah, kalau mau copas ini fanfic sertain CREDITNYA yah~ Itu diharapkan untuk menghormati serta menghargai sang pencipta. =)
Dari pada banyak cincong, langsung ajah yah!! 5, 4, 3, 2, 1 and ACTION!! =D
Title : My Name is Taeminho
Genre : Drama/Romance
Author : Ridan-chan
Publish : 20 April 2011
Rated : T
Cast : All member SHINee and someone~
Language : Indonesian
Credit : http://www.fanfiction.net/s/6921742/1/My_Name_is_Taeminho
Author Disclaimer :
Cherry: waaa akhirnya ada yg review juga hehe *loncatloncatbahagia* gomawo udah baca chingu ^^ iya maksudnya bodoh hehe... silakan chingu...bebas kok :)
Meyghaa: iya maksudnya itu ^^ authornya sotau ya kkk makasih udah ngingetin ya... oke chingu nanti author mampir2 kesana :D
okee deh ini dia chapter terakhir dari author... enjoy reading!
My Name is Taeminho - Chapter2
Tabrakan tidak bisa terhindarkan. Mobil Minho menabrak mulut mobil lain yang melaju dari arah kanan. Mobil yang ditabrak Minho terlihat melintang di tengah jalan karena tabrakan keras membuatnya terputar hingga 30 derajat. Dari kepala Minho mengalir darah, kepalanya berbenturan dengan setir mobilnya.
~Minho's POV~
Aargh... kepalaku sakit sekali, pandanganku pun kabur, tidak jelas. Aku mencoba melihat bagaimana keadaan mobil yang kutabrak. Gelap sekali, aku hanya bisa melihat samar-samar. DEG! Limosin putih... aku melihat plat nomornya, K 3 Y... Key!
Apa yang kulakukan, aku baru saja menabrak dengan keras mobil sahabatku. Aku mencoba keluar dari dalam mobil. Tapi sulit sekali, mungkin akibat tabrakan tadi tanganku terasa sangat lemah untuk membuka pintu mobil.
Perlahan-lahan aku melihat seseorang keluar dari kursi kemudi Limosin itu, itu Key. Syukurlah sepertinya dia tidak terlalu parah. Key terlihat berjalan terhuyung-huyung menuju pintu mobil yang satunya. Dia membukanya dan mencoba mengeluarkan seseorang dari dalam situ. Key terlihat berteriak minta tolong karena ternyata dia kesulitan mengeluarkan seseorang itu.
Orang-orang mulai berdatangan membantunya, sebagian lagi menghampiri mobilku dan mencoba mengeluarkanku dari dalam mobil, aku masih setengah sadar. Aku lega karena ternyata kelihatannya Key tidak terluka parah. Aku melihat siapa orang yang tadi berusaha dikeluarkan Key dari dalam mobil.
Jantungku berdebar seribu kali lebih cepat, kepalaku terasa lebih sakit dari semula. Rasanya aku ingin berteriak sekeras-kerasnya. Aku baru saja menabrak Taemin. Dan keadaan Taemin terlihat lumayan parah. Kini tidak ada yang bisa aku lakukan untuk menolongnya, bahkan untuk berlari membantu Key saja aku tidak bisa. Tuhan... tolong lakukan apa saja agar dalam keadaan seperti ini aku tetap bisa menjaga Taemin, aku sudah berjanji. Ini janjiku seumur hidup, tolong kabulkan doaku...
~Taemin's POV~
-seminggu kemudian-
Dimana aku? Di rumah sakitkah? Kepalaku terasa masih pusing. Tapi selebihnya aku merasa baik-baik saja. Kecelakaan kemarin malam benar-benar lumayan parah. Setelah sepenuhnya sadar aku baru yakin bahwa aku sedang ada di rumah sakit.
"Wah syukurlah kau sudah sadar rupanya." Suara yang sangat aku kenal menghampiriku, dia Onew hyung. Aku hanya tersenyum. Onew hyung terlihat membawa keresek berisi buah-buahan, dia lalu meletakkannya di meja sebelah tempat tidurku. Setelah itu dia duduk di kursi di sebelahku. "Bagaimana perasaanmu? Kau sudah seminggu tidak sadarkan diri."
Apa? Seminggu? Selama itukah. Tapi kecelakaan itu seperti baru saja terjadi kemarin malam. Aku tidak menjawab pertanyaan Onew hyung karena masih terlalu kaget. Onew hyung kemudian melanjutkan, raut wajahnya berubah murung, "Sayang dongsaeng kita masih kritis Min."
"Dongsaeng?" DEG! Apakah kecelakaan mobil bisa menyebabkan perubahan suara? Kenapa suaraku berubah seperti ini? Suara bass ini lebih terdengar seperti suara Minho hyung. Mungkin hanya perasaanku saja.
"Menurut keterangan Key malam itu mobil kalian bertabrakan. Taemin, dia masih kritis, kondisinya terus memburuk dalam seminggu terakhir ini. Dokter tidak bisa berbuat banyak. Aku benar-benar frustasi dengan kondisi ini, appa dan eomma berencana akan membawa Taemin ke rumah sakit di Jepang..."
Apa? Apa ini? Mengapa Onew hyung membicarakan aku yang sedang kritis, jelas-jelas aku sedang ada di hadapannya. Sementara Onew hyung terus berbicara, aku sudah tidak bisa mendengar dengan jelas lagi apa yang dia bicarakan. Aku terlalu pusing, mungkin ini hanya mimpi. Apa yang aku dengar ini pasti hanya mimpi dalam pingsanku. Aku memilih untuk memejamkan mata dan berharap besok pagi aku bangun dengan kondisi yang tidak membingungkan seperti ini.
-3 jam kemudian-
Aku membuka mataku, perlahan-lahan aku bangun dan duduk bersandar di bantal. Di depanku berdiri seorang namja dengan rambut berponi lurus, dia Key hyung. Dia tersenyum padaku, dia menghampiriku dan memelukku.
"Onew hyung bilang tadi kau sudah bangun tapi pingsan lagi. Syukurlah sekarang kau sudah bangun lagi." Key hyung terlihat mengusap matanya yang sedikit basah. Dia terlihat baik-baik saja, padahal dia juga korban kecelakaan malam itu, syukurlah hyung. Aku hanya tersenyum kemudian berkata,
"Syukurlah hyung tidak terluka parah...eh?" suaraku, ini bukan suaraku. Apa ini masih mimpi? Key hyung mengernyitkan alisnya.
"Hyung? Kau ini, aku hanya lebih tua beberapa bulan dari kau. Jangan memanggilku hyung, Minho-ah~"
Aku tidak sanggup lagi menerima keanehan ini, aku segera bangkit dari tempat tidur dan ingin memastikan apakah ini mimpi atau bukan. Eh? Sejak kapan jarak kepalaku dengan lantai menjadi sejauh ini. Semua yang ada di sekelilingku terlihat rendah, bahkan Key hyung juga terlihat jauh lebih pendek daripada biasanya.
Aku berlari keluar kamar. Aku mendapati banyak orang di luar sini. Ya benar, ini rumah sakit. Dan ini terlihat seperti nyata, bukan mimpi. Di belakangku Key hyung menyusulku, "Minho kau mau kemana?"
Apa-apaan sih Key hyung, aku ini Taemin bukan Minho. Aku tidak memerdulikan panggilan Key hyung. Aku melihat Onew hyung dan appa sedang duduk di kursi panjang di depan kamar bernomor 320. Aku memanggil mereka, "Hyung, Appa!"
Mereka menoleh ke arahku. Appa berlari ke arahku dan memelukku, sejak kapan appa menjadi pendek. Dan tadi juga suaraku masih terdengar aneh. Mata appa terlihat sembab, dia berkata, "Syukurlah kau sudah sehat, maafkan appa, appa tidak ada di saat kau siuman."
Onew hyung menghampiriku dan memelukku, Onew hyung juga terlihat lebih pendek dari biasanya. "Kondisi Taemin terus memburuk." Aku langsung melepas pelukan Onew hyung. Tanpa suruhan siapapun aku langsung memasuki kamar 320.
Firasatku mengatakan ada sesuatu di dalam kamar itu.Aku melihat eomma, sedang duduk di sebelah seseorang yang terbaring dengan banyak alat-alat medis terpasang di tubuhnya. Dia terlihat seperti aku. Aku melihat diriku sedang terbaring tidak sadarkan diri di atas tempat tidur.
Lalu siapa aku? Untuk pertama kalinya seumur hidup, aku merasa sangat ingin sekali melihat wajahku. Mana, dimana cermin? Aku berlari menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar itu. Dan ketika aku masuk ke kamar mandi aku melihat sosok Minho hyung di depanku, di dalam cermin.
Aku memegang wajahku, Minho hyung ikut memegang wajahnya. Aku mengacak-acak rambutku, Minho hyung juga mengacak-acak rambutnya. Aku mencubit pipiku, sakit. Ini bukan mimpi. Tubuhku langsung lemas. Kini aku tahu mengapa semua terasa aneh saat aku bangun. Tubuhku tertukar dengan Minho hyung.
Aku keluar dari kamar mandi. Aku melihat tubuhku terbaring di sana. Dan aku menebak seseorang yang ada di dalam tubuh itu adalah Minho hyung. Apa Minho hyung akan sama kagetnya denganku? Apa Minho hyung bisa menerima ini? Bagaimana agar kami bisa kembali seperti semula?
Eomma menyadari kehadiranku. Matanya bengkak dan merah, sepertinya dia sudah terlalu lama menangis. Aku menghampiri eomma dan memeluknya. "Eomma, aku kangen eomma."
Eomma membalas pelukanku dengan erat. Dia tersenyum dan memegang wajahku, "Anak Eomma sudah sehat." Kemudian menangis dan memelukku lagi. Setelah itu eomma mendekati Minho hyung. Aku mengikutinya.
Tiba-tiba mata Minho hyung terbuka. Wajahnya terlihat segar. Monitor yang menunjukkan detak jantungnya pun memperlihatkan keadaan normal. Minho hyung langsung duduk bersandar di bantalnya. Seakan-akan dia baru saja terbangun dari tidur siangnya.
Eomma terlihat sangat kaget namun juga terlihat senang. Eomma langsung memeluk Minho hyung erat. Sementara aku memberi tahu yang lain bahwa 'Taemin' sudah siuman. Mereka memasuki kamar tergesa-gesa. Appa terlihat setengah tidak percaya, ia lalu memanggil dokter untuk menanyakan apa yang terjadi pada 'Taemin'.
"Ini sebuah keajaiban, mungkin Tuhan telah mengabulkan doa kalian semua. Syukuri saja apa yang terjadi ini. Saya turut senang atas kesembuhan putra bapak dan ibu." Dokter Jonghyun, dokter pribadi keluarga kami berkata sambil tersenyum seusai memeriksa badan 'Taemin'.
Akhirnya atas rekomendasi dokter Jonghyun. Aku dan Minho hyung diizinkan pulang. Tapi aneh sekali Minho hyung tidak mengatakan ada keanehan pada dirinya. Padahal semenjak dia siuman, semua orang memanggilnya dengan nama 'Taemin'. Dia seperti benar-benar 'Taemin'.
Apa aku ini memang benar-benar Minho, tapi aku terkena amnesia gara-gara kecelakaan itu? Ah masa sih, sepertinya tidak mungkin.
Malam itu pukul 7:00 kami sampai di rumah. Sepertinya sudah lama sekali keluarga kami tidak berkumpul seperti ini. Ada eomma, appa dan Onew hyung. Biasanya hanya ada aku dan Minho hyung. Tapi sekarang semuanya ada di sini. Senang sekali rasanya.
"Hyung, bisa ke sini sebentar?" 'Taemin' memanggilku ke kamarnya. Ini benar-benar terasa aneh, bayangkan saja dirimu dipanggil oleh dirimu sendiri.
"Ada apa hyung? Eh..." aku keceplosan memanggilnya hyung. 'Taemin' langsung menoleh ke arah ku, dia tersenyum. Dia berjalan mendekatiku dan menyuruhku duduk di kursi. Aku menurutinya. Dia lalu duduk di hadapanku.
"Ada yang ingin aku bicarakan padamu, waktuku tidak banyak..." 'Taemin' mengatakan itu dengan mimik wajah serius. Nah kalau yang ini mirip sekali dengan gaya Minho hyung. Seorang Taemin tidak pernah mengatakan sesuatu secara serius begini. 'Taemin' kemudian melanjutkan kalimatnya, "Aku... adalah hyungmu."
Bingo! Benarkan, tubuh kami tertukar. Aku tidak bisa berkata apa-apa. Ini semua sangat tidak masuk akal. Minho hyung lalu menceritakan awal mula kejadian kecelakaan itu, dia juga menceritakan permohonannya pada Tuhan. Segera aku memeluk Minho hyung, air mataku tidak bisa kutahan lagi.
Tapi kemudian Minho hyung berkata, "Taemin, jangan sering-sering menangis menggunakan tubuhku ya. Jadilah diriku yang kuat. Mulai hari ini dan seterusnya kau tidak akan lagi merasakan penyakit yang ada di dalam 'tubuhmu' ini. Karena sekarang kita bertukar tempat. Tuhan mengizinkan aku melindungimu. Mungkin hanya dengan cara ini aku bisa menyelamatkanmu dari kecelakaan itu."
Minho hyung lalu mengusap air mataku. Tangannya terlihat pucat, terasa sangat dingin dan kaku.
"Lalu bagaimana dengan hyung? Hyung akan menggunakan tubuhku yang rapuh dan lemah untuk menjalani hidup ini? Aku tidak mau hyung menjadi susah karena menggunakan tubuhku itu." Aku mencoba berbicara dengan jelas di sela isakan tangisku.
"Mianhaeyo dongsaeng... hyung tidak akan berlama-lama berada di tubuhmu ini. Hyung tidak bisa memaksakan tubuhmu terus bekerja sementara mereka sudah tidak mampu menampung jiwa hyung."
"Maksud hyung apa? Apa hyung akan..." aku tidak sanggup melanjutkan kata-kataku. Aku tidak mau mengatakan kata 'itu'. Terlalu menyakitkan dan aku harap bukan itu yang dimaksud Minho hyung.
"Tidak lama lagi kita akan berbeda dunia." Minho hyung tersenyum. Sayangnya aku tidak bisa melihat senyuman wajahnya, aku melihat senyuman wajahku sendiri. Dan kata 'berbeda dunia' itu benar-benar bukan kata yang aku harapkan keluar dari mulut Minho hyung.
"Jangan sedih begitu, suatu saat jika waktunya sudah tiba kita akan bersama-sama lagi." lanjutnya ketika melihat aku kembali menangis.
Minho hyung berjalan menuju cermin sambil menarikku. Dia menunjuk aku melalui cermin, "Lihat, aku terlihat jelek sekali. Minho tidak pernah menangis seperti itu. Kau jangan membuat aku malu dengan tangisanmu." Ujarnya sambil tertawa. Di saat seperti ini dia masih bisa tertawa.
"Ohya, kau harus sering melatih tubuhku olah raga ya. Tubuhmu ini sepertinya kurang olah raga makanya kau suka sakit-sakitan. Hahaha..." setelah mengatakan itu Minho hyung berjalan menuju tempat tidur dengan langkah lemah.
Dia berkata, "Aku lelah Taemin, sepertinya 'saat itu' tidak lama lagi." Aku menatapnya cemas, aku belum siap kehilangannya. "Sebelumnya, berjanjilah jangan sampai ada yang tahu tentang rahasia kita ini. Oh iya satu lagi, aku... ingin mengaku sesuatu padamu, tapi kau jangan marah ya Taemin."
Di saat begini mana bisa aku marah pada hyung, aku hanya mengangguk, terlalu sulit mengeluarkan kata-kata karena banyak lendir di hidungku akibat menangis tadi.
"Hye Sun, umm... dia... aku menyukai Hye Sun. Ng... kau tidak marah kan Taemin?" aku sedikit kaget mendengar pengakuannya. Tapi aku hanya diam, aku pikir Minho hyung ingin mengaku apa. Kemudian aku menggeleng kepala, "Tentu tidak hyung, aku justu merasa bersalah. Kenapa hyung tidak menceritakannya dari dulu?"
Minho hyung terdiam sebentar, "Aku hanya tidak ingin merusak kebahagiaanmu." Jawabannya memaksaku untuk menahan air mata lagi. Mengapa kau baik sekali hyung...
"Bagaimana aku membalas semua pengorbananmu hyung?" tanpa sadar kalimat itu keluar dari mulutku. Minho hyung tertegun sebentar, lau dia berkata, "Manfaatkan sebaik-baiknya apa yang telah aku korbankan. Selain itu, karena Hye Sun cinta pertamaku, maukah kau berjanji untuk menjaganya?" tanpa ragu aku mengangguk. Jika hanya itu, aku sanggup melakukannya, hyung.
"Baguslah, sekarang aku bisa tidur dengan tenang. Sampai jumpa ya dongsaeng." Aku mengangguk lemah. Sebelum menarik selimutnya, Minho hyung memelukku untuk terakhir kalinya. Kemudian setelah itu dia tertidur...
Pagi kelabu menyelimuti rumah kami. Dokter Jonghyun menyatakan bahwa 'Taemin' sudah tiada.
Eomma tidak henti-hentinya menangis. "Anak eomma jangan pergi... Taemin-ee... jangan tinggalkan eomma." Sementara appa terlihat tegar, appa menyambut kedatangan saudara-saudara kami yang datang melayat, meski tatapannya terlihat kosong ketika berbicara dengan mereka.
Sementara Onew hyung lebih memilih diam di pojok ruangan sambil sesekali mengusap matanya. Aku juga melihat Hye Sun di tengah kerumunan para pelayat, dia mengenakan pakaian serba hitam dikelilingi oleh teman-temannya yang kelihatannya sedang menenangkannya. "Hye Sun, aku masih di sini." Panggilku dalam hati.
Aku benar-benar miris melihat semua kejadian ini. Orang-orang menangis dan berdoa untukku. Kalian salah, Taemin masih hidup, yang meninggal adalah Minho hyung. Kalian harusnya berdoa untuk Minho hyung. Sepertinya aku satu-satunya orang di dunia ini yang berdoa untuknya, karena tidak ada yang tau sebenarnya tubuh kami tertukar. Saat ini meskipun kata 'sedih' tidak cukup untuk menggambarkan kesedihanku, sulit bagiku untuk menangis. Sepertinya air mataku sudah kering. Tiba-tiba ada yang menepuk pundakku dari belakang. Ternyata Key hyung,
"Minho aku tahu ini pasti berat sekali untukmu. Sedih memang kehilangan orang yang sangat kita sayang." Key hyung kemudian tertawa getir, aku melihat matanya juga bengkak karena menangis. Entah aku harus senang atau bagaimana, karena ternyata banyak sekali yang sayang padaku sehingga mereka menangisi 'kepergianku'.
-setahun kemudian-
Tidak terasa sudah setahun sejak hari penuh air mata itu. Kini aku kuliah di Seoul University dan mengambil jurusan Olahraga, bidang pelajaran yang sangat disukai hyung. Selama setahun aku belajar menyatu di dalam tubuh baruku ini.
Meski tidak mudah, tapi aku tidak ingin mengecewakan Minho hyung di surga sana. Selain itu kini aku mencoba mendekati Hye Sun. Entah mengapa itu tidak terlalu sulit, meski secara fisik Hye Sun pasti tidak akan mengenali bahwa aku adalah kekasihnya yang dia kira sudah meninggal, tapi ikatan batin ini sangat kuat. Cinta di antara kami tidak bisa terhalang meski tubuh Minho hyung lah yang mengungkapkan perasaan ini.
Ada perasaan bahagia dan juga sedih karena aku dan Hye Sun 'kembali' bersama. Bahagia karena aku memang sangat mencintai Hye Sun, selain itu, ini adalah janjiku pada Minho hyung untuk menjaganya, dengan cara ini aku akan melindunginya.
Tapi sedih juga menghinggapi perasaanku, sayang sekali Minho hyung tidak bisa merasakan kasih sayang yang diberikan Hye Sun. Tubuh hyung merasakannya tapi jiwa hyung belum pernah mendapatkan itu. Aku mengusap air mata yang sedikit keluar dari pelupuk mataku.
"Oppa~" suara lembut seseorang memanggilku. Wajahnya ceria, tidak seperti setahun yang lalu. Dia berlari kecil ke arahku, tas sekolahnya terguncang-guncang karena larinya. "Kita jadikan ziarah ke makam Taemin?" yeoja itu lalu menggandengku menuju mobil. Aku mengangguk dan membukakan pintu mobil untuknya.
Sepanjang jalan menuju lokasi pemakaman kami hanyut dalam candaan. Obrolan penuh tawa terus mengalir dari mulut kami berdua, menyenangkan sekali. Hingga tidak terasa kami sampai di makam 'Taemin'.
Hye Sun menaburkan bunga di atas makam 'Taemin' yang tadi kami beli sebelum memasuki pemakaman. Kemudian dia berdoa dengan khusyuk, aku pun ikut berdoa. Aku yakin saat ini hyung sedang melihat kami dari atas sana.
Seandainya waktu itu hyung tidak memanjatkan doa itu, mungkin akulah yang sekarang melihat hyung dan Hye Sun sedang mengunjungiku di makam ini. Jeongmal kamsahamnida hyung...
Epilog
Author/sutradara: CUT! Akhirnya selesai film kita! Gila lo semua aktingnya ngga kalah deh sama pemenang piala Oscar!
Minho: fiuh akhirnya selesai juga. Gue capek akting mewek mulu nih (secara yang jadi Taemin di akhir2 itu Minho jadi yang paling banyak akting nangis adalah Minho kkk)
Taemin: thor, pasti si Minho bayarannya gede ya? Dia mendominasi semua peran member SHINee
Minho: Magnae kurang ajar, sopan dong kalo ngomong sama hyungnya. Gue tampol juga lo *nyiapin sendal jepit*
Taemin: *ngambil langkah seribu*
Jonghyun: iyaa masa gue perannya dikit banget thor? Gue salah apa sih sama lo thor? Sedih gue diginiin sama lo
Onew: gue juga! Gue protes ah thor
Key: aduh para hyung jangan banyak protes dong. Ini kesempatan yang muda-muda untuk berkarya
Jonghyun: maksud lo, gue sama Onew hyung udah tua, gitu?
Key: gue ngga bilang gitu hyung, hyung aja yang sensi yey
Hye Sun: thor, gue udah boleh pulang? Warung cendol gue lagi laku nih thor, emak nyuruh gue cepet2 balik
Minho n Taemin: Hye Sun tunggu!
Minho: eeh apaan sih anak kecil ikut-ikutan aja
Taemin: hyung yang ikut-ikutan gue
Hye Sun: ada apa ya?
Taemin: gue suka sama lo semenjak pertama kali kita ketemu di ruang make up, lo mau ngga jadi pacar gue?
Minho: *kaget tingkat dewa* wah ngga bisa Min, gue yang pertama kali ketemu sama dia waktu casting, lo jangan ngerebut lahan orang dong
Taemin: kan hyung udah janji bakal ngelindungin gue, ngelakuin apa aja buat gue, itu janji hyung seumur hidup kan
Minho: filmnya udah selesai coy... Pokoknya kali ini gue yang harus jadian sama Hye Sun. Lo mau kan Sun?
Hye Sun: ?
Jonghyun, Onew, Key: *nampol Minho n Taemin pake sendal jepit* udah cabut sana lo pada, jangan mau eksis sendiri dong, kita juga mau dapet banyak dialog
Jonghyun: lho? Lo ikut nampol mereka Key? Envy juga lo ya?
Onew: iya Key, perasaan tadi lo ngebelain mereka
Key: gatau gue juga, authornya rada-rada nih, omongan gue kan tergantung author
Onew: author kita lagi labil kayanya
Jonghyun: bener hyung, setuju gue
Author: udah ya udah... author capek bikin dialog terus buat kalian. Sekarang bikin salam penutup aja buat para readers, nyok!
SHINee + author: Thank you very much for reading this FF! ANNYEONG! ^0^
~THE END~
gomawo yang udah mau baca*membukukkan badan 90derajat*
aneh banget ya fanficnya? iyaaa emang aneh banget T_T
RnR please! (From : Ridan-chan)
HWAA!! Gimana? Gimana?
SERU?? Hahaha.. Emang Ridan-chan seseorang yang hebat buat ini fanfic. Andai Tania kenal sama siapa itu 'Rdan-chan'. Pasti aku suruh buat fanfic yang keren!!
Well, thank udah baca. Ntar kalau ada komen aku langsung kasih komenannya ke Ridan-chan :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar